Bondo Deso Diancam Petani Setelah Usai Panen Padi Musim Kemarau ini

  • Admin Desa
  • Sep 24, 2019

Putatgede - Pada umumnya, petani padi diidentikkan dengan pertanian tradisional. Tetapi di beberapa tempat, petani padi mulai menggunakan teknologi modern. Salah satunya di Desa Putatgede Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah.

Di Kabupaten Kendal sebagian petani sudah menggunakan mesin untuk memanen padi. Selain karena memiliki lahan datar yang luas, mesin pemanen digunakan untuk mengefisienkan waktu panen dibandingkan dengan tenaga kerja manusia atau pemanenan tradisional.

Aspuri, salah satu buruh panen padi yang menggunakan mesin, mengatakan petani dikenai sewa mesin sebesar Rp.350 ribu per 100 meter persegi. Harga bisa berkurang jika padi yang dia panen tersebut mengalami kendala busuk terserang hama, hingga mempengaruhi penurunan hasil panen.

“Ketika kondisi padi rebah juga berpengaruh ke proses pemanenan, lebih sulit. Jangkauan mesin juga kurang maksimal,” kata pria kelahiran 1977 itu, pada Selasa (24/09/2019). Para petani setempat lanjutnya, sudah dua tahun ini memakai jasa panen dengan menggunakan mesin modern. Atau dikenal juga dengan Combine Harverster.

[caption id="attachment_9065" align="aligncenter" width="640"] Salah Satu Lokasi Bondo Deso yang berada di Blok 10[/caption]

Sejak adanya mesin combine ini, petani juga sangat diuntungkan karena harga padi juga semakin meningkat. Apalagi pada musim kemarau kali ini harga gabah kering panen (GKP) standarnya hingga 520 ribu per kilogram menjadikan para petani diuntungkan hingga hampir 2 kali lipat dari harga panen pada musim sebelumnya.

Peningkatan hasil pertanian ini hingga berdampak pada informasi adanya Lelang Tanah Bondo Deso pada Selasa minggu depan. Petani mengancam untuk membeli dengan harga tinggi, dikarenakan sedikitnya lahan bondo deso yang ada serta banyaknya minat petani untuk membeli dengan sistem lelang terbuka.